Polisi penyelidik dan tentara tiba di lokasi kejadian setelah dua bom meledak di luar gereja Katedral Katolik Roma di Jolo, ibukota provinsi Sulu, Filipina selatan, 27 Januari 2019.
Suami Istri Asal Indonesia Dipastikan Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Katedral Filipina
TRIBUNKALTIM.CO - Dua buah ledakan terjadi di luar sebuah katedral Katolik Roma di pulau Filipina selatan, Minggu (27/1/2019) pagi.
Setidaknya 22 orang dilaporkan tewas dan hampir 50 orang lainnya luka-luka. Insiden ledakan yang diduga kuat berasal dari bom tersebut meledak saat dilangsungkannya Misa Minggu.
Demikian disampaikan pihak otoritas setempat. Ledakan pertama terjadi di Katedral Jolo di Provinsi Sulu.
Petugas keamanan langsung bergerak ke lokasi ledakan, diikuti dengan ledakan kedua yang terjadi di luar gedung, melukai warga sipil dan juga petugas keamanan.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar Albayalde mengatakan, setidaknya 22 orang telah dilaporkan tewas, sementara 50 lainnya luka-luka.
Foto-foto dari sekitar lokasi kejadian telah banyak tersebar di media sosial, memperlihatkan korban dan puing-puing bangunan akibat ledakan.
Sejumlah korban tampak tergeletak di jalan di luar Katedral Our Lady of Mount Carmel, yang juga sempat diguncang ledakan bom sebelumnya.
Ledakan pertama menghancurkan bangku-bangku, memecahkan jendela, dan meninggalkan jenazah korban di gereja Katolik yang terletak di Jolo itu.
Namun, laporan militer Filipina menyatakan bom kedua ditinggalkan di kotak utilitas pada sepeda motor di area parkir luar gereja.
Militer Filipina kini telah menurunkan pasukan dengan kendaraan lapis baja untuk menutup jalan utama menuju gereja, sementara kendaraan tampak keluar masuk lokasi membawa jenazah maupun korban luka ke rumah sakit.
Beberapa korban juga tampak dievakuasi melalui jalur udara menuju kota Zamboanga.
"Kami telah mengarahkan pasukan untuk meningkatkan kesiagaan, mengamankan semua tempat peribadatan maupun tempat publik, dan menjalankan langkah keamanan proaktif untuk mencegah rencana permusuhan," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.
Informasi terbaru korban tewas 22 orang, di mana tujuh orang adalah pasukan militer Filipina. Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom di katedral tersebut.
Demikian diberitakan SCMP yang melansir Associated Press. Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, menyebut serangan itu sebagai perbuatan pengecut.
Ia mendesak penduduk setempat untuk waspada dan membantu pemerintah mengeyahkan terorisme
"Kami akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menegakkan keadilan terhadap pelaku di balik insiden ini," kata Lorenzana dalam keterangannya.
Pekan lalu, referendum yang diikuti 2,8 juta orang menyepakati pembentukan Wilayah Otonomi Bangsa Moro di kawasan selatan Filipina, daerah berpenduduk muslim terbesar di negara tersebut.
Namun, hasil jajak pendapat di Jolo berbeda. Penduduk daerah itu menolak otonomi khusus tersebut.
Menurut SITE Intelligence Group, ISIS melalui pengumuman resmi mengklaim serangan tersebut dilakukan oleh dua pelaku bom bunuh diri.
"Kami akan mengejar pelaku kejam di balik kejahatan pengecut ini sampai ke ujung bumi," kata juru bicara kepresidenan Salvador Panelo.
"Hukum tidak akan memberi mereka belas kasihan," imbuhnya.
Katedral Our Lady of Mount Carmel (flickr)
Pelaku Bom Bunuh Diri Pasangan Suami Istri Indonesia
Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Año mengatakan dua pelaku serangan bom bunuh diri asal Indonesia berada di balik serangan gereja Katolik di Pulau Jolo.
Año mengatakan hal itu Jumat (01/02) setelah militer memastikan bahwa pengebom bunuh diri yang merupakan "pasangan" menyerang gereja dan menyebabkan 22 orang meninggal dan 100 lainnya luka-luka.
"Yang bertanggung jawab (dalam serangan ini) adalah pembom bunuh diri Indonesia. Namun kelompok Abu Sayyaf yang membimbing mereka, dengan mempelajari sasaran, melakukan pemantauan rahasia dan membawa pasangan ini ke gereja," kata Año.
"Tujuan dari pasangan Indonesia ini adalah untuk memberi contoh dan mempengaruhi teroris Filipina untuk melakukan pemboman bunuh diri," tambahnya.
Ia juga mengatakan daerah, "Zamboanga, Davao, Cagayan de Oro merupakan sasaran ideal teroris."
Kaki milik pengebom bunuh diri
Kepala Kepolisian Provinsi Sulu, yang membawahi Jolo, Pablo Labra mengatakan beberapa saksi mata menunjuk pria dan perempuan yang mereka percaya berada di balik pemboman itu.
Sebelumnya, kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Konsul Jendral Indonesia di Davao, Berlian Napitupulu, saat dihubungi BBC News Indonesia, mengatakan belum mendapatkan informasi tentang pasangan Indonesia yang disebutkan melakukan penyerangan itu.
Pablo Labra mengatakan mengutip para saksi mata bahwa saat terjadi pengeboman, sang istri duduk di dalam gereja sementara suaminya keluar.
Perempuan - yang digambarkan memakai jaket berwarna keabuan- membawa ransel dan tidak keluar gereja sebelum ledakan pertama. Bom kedua terjadi pada pengebom pria.
Labra mengatakan sampai Jumat (01/02), dua pasang kaki yang penuh luka, tak ada yang mengklaim dan ini menunjukkan kemungkinan milik pengebom bunuh diri.
Hasil dari uji DNA potongan-potongan tubuh akan diumumkan dalam beberapa hari ini, kata Labra, seperti dikutip ABS CBN News, Filipina.(*)
Baca Sumbernya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar